Jadi Zombie ala Indonesia Zombie Club (IZoC)

JERITAN perempuan terdengar nyaring dari gedung Balai Kartini, tempat diadakannya Pekan Produk Kreatif Daerah (PPKD) 2012 Provinsi DKI Jakarta. Belum hilang gema jeritan itu, muncul teriakan yang sama dari perempuan lain. Suara itu dipicu oleh sosok mengerikan yang ada di hadapan mereka.

DHIMAS GINANJAR, Jakarta

KULITNYA pucat membuat urat berwarna biru tua yang menonjol di lehernya makin jelas terlihat. Wajahnya rusak dan beberapa luka masih mengucurkan darah. Matanya putih dan dari mulutnya terus menetes air liur berwarna merah. Tetesan itu membuat baju yang dikenakan sosok tersebut penuh warna merah.

Tangannya terangkat, namun bukan meminta tolong, melainkan ingin merengkuh siswi-siswi SMA yang berada di sekitar stan nomor 83 dan 84 di acara tersebut. Saat sosok itu makin dekat, ada di antara siswi-siswi tersebut nyeletuk setannya seram. ”Ini bukan setan, tapi zombie,” ujar Ramandhika yang menjadi sosok itu dengan suara parau.

Saat menjawab celetukan tersebut, pemilik nama lengkap Ramandhika Dyah Puspita Sari itu menyudahi acting seramnya. Saat siswi-siswi SMA itu mafhum bahwa di depannya bukan hantu, mereka lantas meminta foto bareng. Tidak sedikit di antara mereka yang penasaran dan memegang make up ala zombie itu.

Pemandangan tak wajar itu, apalagi di pameran produk membuat stan berukuran 4 x 2 meter persegi tersebut menjadi perbincangan. Apalagi dibanding dengan stan yang lain, booth milik IZoC memang paling nyeleneh. Kalau yang lain menampilkan dekorasi resik dan indah dengan berbagai produk keterampilan, di booth itu justru sebaliknya.

Ada potongan kaki kiri yang tergeletak di meja, lengkap dengan efek daging yang terkoyak di pangkal paha. Jari-jemarinya juga sudah hilang. Di meja lain terdapat boneka zombie tanpa kaki. Bentuknya mirip dengan sosok di film Zombie the Walking Dead episode pertama season satu.

Nah, penghuni booth dengan karpet warna biru itu yang menarik. Total ada tujuh zombie yang menunggui stan tersebut. Kepada Jawa Pos, Panji Tianda yang saat itu sedang dirias mengatakan bahwa dirinya sudah bergabung dengan IZoC selama tiga tahun. ”Dulu awalnya cuma belasan anggota, sekarang sudah 1.200-an,” katanya.

Dia lantas menceritakan bagaimana komunitas penggemar zombie itu berdiri. Diawali oleh orang-orang yang maniak dengan film, komik, maupun game ber-genre zombie. Lantas, pada 4 Juli 2008, diresmikan sebuah forum oleh Reza Tarigan di situs komunitas online Kaskus.

Dari thread itulah berbagai hal tentang zombie diperbincangkan. Mulai konsep cerita, konsep visual, artis, make up, movie soundtrack, hingga bahasan yang agak aneh: survive dari serangan zombie. ”Zombie memang belum tentu ada, ya in case of emergency aja,” katanya, lantas tersenyum.

Awalnya, komunitas tersebut bergerak untuk versi online saja. Cuap-cuap antaranggota, belum bisa dilakukan dengan tatap muka. Setahun kemudian, 26 Desember 2009, akhirnya diresmikan IZoC sebagai sarana untuk bertemu muka.

Eric Kairupan, spokesperson atau Jubir IZoC, mengatakan bahwa zombie sendiri bisa jadi muncul. Sebagian orang mungkin menganggap itu aneh. Tetapi, pada dasarnya, zombie sendiri berbeda dengan setan. Sebab, zombie adalah makhluk, bukan sesuatu yang mistis.

Zombie tercipta dari mutasi gen, salah satunya radiasi,” urainya. Karena itu, IZoC tidak bersepakat kalau zombie dikategorikan ke dalam hantu-hantuan sebangsa pocong atau dedemit. Meskipun, dia mengakui kehadiran IZoC untuk memberikan warna baru bagi dunia horor Indonesia.

Nah, karena bukan berasal dari arwah seperti kebanyakan makhluk menyeramkan yang lain, setiap negara bisa menciptakan zombie sendiri. Untuk Indonesia, dia mengatakan bahwa IZoC bakal menghadirkan zombie dengan cita rasa lokal. Seperti kemarin, para zombie mengenakan baju ala Betawi.

Termasuk menjadi wadah menciptakan ide-ide kreatif yang berhubungan dengan karakter dan figur zombie. Buktinya, sudah lima film pendek diproduksi. Film tersebut juga ada yang masuk enam besar di acara Indonesia Internasioal Fantastic Film Festival 2011. ”Sekarang kami sudah mempersiapkan film layar lebar,” terangnya.

Namun, detail film tersebut masih dirahasiakan. Dia hanya memastikan bahwa film IZoC nanti tidak sama dengan film horor saat ini yang banyak mengeksploitasi tubuh perempuan.

Ibarat T-virus di Game Resident Evil yang cepat menginfeksi warga hingga menjadi zombie, virus IZoC juga terus menyebar. Berbagai kegiatan itu diyakini bisa terus mendongkrak populasi anggota. Kalau saat ini zombie-zombie ala IZoC berjumlah 1.200 orang, diprediksi jumlah itu terus bertambah.

Apalagi, menjadi anggota cukup mudah. Tidak perlu setor anggota tubuh untuk digigit agar virus bisa masuk ke tubuh dan menjadi zombie. Mereka yang tertarik dan suka dengan zombie tinggal join via Facebook IZoC. Setelah itu, bisa ber-zombie-ria bareng anggota yang memiliki latar belakang mahasiswa, pegawai, dokter, hingga sineas.

Selain itu, pria yang gemar zombie dari film Dawn of the Dead itu mengatakan bahwa anggota IZoC mendapat keuntungan lain. Yakni, make up. Memang, ilmu make up tersebut tidak bisa digunakan dalam keseharian karena riasannya untuk mengubah penampilan menjadi zombie.

”Butuh tata rias yang andal untuk membentuk karakter zombie,” tuturnya. Make up di IZoC sendiri dituntut bisa menciptakan karya menyerupai mayat hidup yang kaku dengan ekspresi menyeramkan.

Reza Pramez yang sedang merias Emily menambahkan, tata rias di IZoC tidak ada guru khusus. Semua berawal dari coba-coba. Meski begitu, dia memastikan bahwa hasil akhirnya tidak kalah dengan make up artist profesional sekalipun. ”Di sini tinggal cari relawan yang wajahnya mau diacak-acak,” katanya, lantas terkekeh.

Sambil terus mengusapkan kuas ke wajah Emily, dia mengatakan bahwa inilah enaknya di IZoC, banyak yang sukarela dirias. Apalagi, ujung-ujungnya dikatakan bakal mau difoto. Wah, pasti dengan bersemangat anggota IZoC mengangguk untuk di-make up.

Proses make up berlangsung cepat. Sekitar 15-30 menit. Tapi, tidak berarti tanpa halangan. Sapuan kuas di wajah dan leher kerap membuat mereka kegelian. Emily, misalnya. Dia sampai kegelian ketika Reza mencoba memberikan efek pucat dan berdarah-darah di lehernya.

Untuk make up, mereka juga menggunakan perlengkapan yang mudah ditemui. Efek borok, misalnya, dibuat dari lem Fox yang diolah dengan pewarna. Sedangkan efek kulit mengelupas dibuat dengan menggunakan baby oil di wajah, lantas diberi sapuan bedak.

Bagaimana efek darah? Mudah saja. Mereka menggunakan pewarna makanan. Cairan itu juga dioleskan di sekitar bibir untuk memberikan kesan bahwa zombie itu telah memakan manusia. Nah, pewarna itu yang membuat zombie IZoC agak aneh. Meski tampang menyeramkan, baunya hmmm… menggoda selera karena wangi makanan.

Ramandhika yang tidak pernah menolak wajahnya disapu kuas untuk di-make up membuat dia mengangguk saat ditawari menjadi talent film horor. Meskipun film itu besutan anak-anak IZoC sendiri.

Gadis 17 tahun tersebut bisa dikatakan suka iseng. Bagaimana tidak, dia sering pulang ke rumah dengan tidak menghapus make up. Jadinya, orang di sekitarnya heboh sendiri. Apalagi, dia juga cuek pergi ke warung dengan wajah dirias ”hancur”. ”Suka ditanyain kenapa mukanya seperti itu, gak tahu kenapa saya suka jadi seram,” katanya.

Gara-gara sering pulang dengan dandanan seperti itu pula yang membuat orang rumah shock. Tapi, mau bagaimana lagi, akhirnya orang rumah mafhum bahwa anak pertama di antara tiga bersaudara itu sedang keranjingan zombie. Terutama setelah orang tua main ke stan IZoC.

Ada cerita tersendiri bagi anggota IZoC yang wajahnya suka dirias. Seperti diketahui, zombie berbeda dengan hantu lainnya karena tetap mengenakan pakaian yang melekat di tubuh. Mizu Kana dan Ramandhika mengaku pernah iseng. Misalnya, tetap berdandan zombie saat naik bus.

Tentu saja, mereka menjadi perhatian. Bahkan, penumpang lain tiba-tiba pergi dan memberikan kursinya untuk duduk. Saat kernet hendak menarik ongkos, mereka dilewati begitu saja. Entah takut atau mengapa. ”Sering gak dimintai bayar kalau naik metro mini,” kata Ramandhika dan Mizu, lantas cekikikan.

Tidak hanya itu, lucunya ada orang yang minta foto bareng dengan cara mencolek. Ya, bagi mereka, itu suatu hiburan tersendiri. Ramandhika malah bilang, colekan minta foto tidak akan pernah dia terima tanpa make up makhluk yang selalu lapar itu.

Maria M. Earlene yang masih merias juga menceritakan ada kejadian seru lainnya. Pas event di Blok M, zombie IZoC pernah bikin heboh di toilet. Mereka masuk dan ada perempuan yang tidak siap, lantas pingsan. ”Ya, namanya manusia, masih butuh ke toliet,” tandasnya. (*/c4/nw)

5 comments On Jadi Zombie ala Indonesia Zombie Club (IZoC)

Leave a Reply