Aelke Mariska

Berkah Peran Gadis Negeri Sakura

Japan, I’m in Love

Berperan layaknya anak sekolah Jepang di sebuah iklan minuman isotonik membuat banyak yang mengira bahwa Aelke Mariska merupakan dara asli Negeri Sakura. Padahal, dia Indonesia. Tetapi, dia tak menolak menyukai segala hal berbau Jepang.


CUTE dan stylish, itulah kesan yang tampak saat bertemu dengan Aelke Mariska. Pipinya dironai warna merah, kontras dengan matanya yang mengenakan softlens biru. Rambut lurusnya diwarnai cokelat terang.

Ketika ditemui di sela-sela waktu kerja di kawasan Sudirman, Jakarta, Aelke bercerita, dirinya sebenarnya tidak menyangka di iklan itu benar-benar dikira gadis Jepang. “Ada model booker di sebuah agency yang menawarkan kepada saya untuk datang ke biro iklan yang sedang mengerjakan iklan itu,” papar kelahiran Jakarta, 17 November 1988, tersebut. “Saya coba dan akhirnya diterima,” tambahnya.

Sebenarnya, walau tidak berasal dari Jepang, Aelke punya darah Jepang yang diturunkan dari sang nenek garis ibu yang merupakan campuran Jepang dan Tionghoa. Dia tidak menampik bahwa dirinya memang menyukai segala hal yang berbau Jepang. Mulai style sampai budaya mereka.

Ketertarikan itu diawali ketika perempuan yang bekerja sebagai desainer grafis di PT Mitra Adi Perkasa tersebut menyaksikan anime Samurai-X saat berumur sembilan tahun. Filosofi Bushido yang dipegang teguh oleh para samurai yang disaksikan Aelke melalui film kartun itu sukses membuatnya terkesan dan mulai mencari tahu segala hal yang berbau Jepang.

Hal lain yang membuatnya terkesan dengan budaya Jepang adalah etos kerja mereka yang tinggi alias hard worker. “Kehebatan lain orang Jepang, mereka bisa mereproduksi budaya yang mereka terima dari Barat menjadi berasa Jepang,” papar lulusan Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Trisakti, Jakarta, itu.

Aelke juga menguasai bahasa Jepang. Dia pernah mengikuti kursus bahasa Jepang dan memiliki sertifikat penguasaan bahasa Jepang sampai level dua. Walau sangat menggilai budaya Jepang, perempuan yang ketika ditemui mengenakan sweater panjang dipadu skinny jeans dan sepatu bot itu malah belum pernah menginjakkan kaki di negara di kawasan Asia Timur tersebut.

Di tengah gempuran Korean wave, berupa film dan grup musik asal Korea, Aelke mengatakan tidak ikut-ikutan terkena demam yang sekarang melanda Indonesia itu.

Dia tidak begitu suka dengan K-Pop dan tetap bertahan dengan budaya Jepang meski dianggap demamnya telah berlalu. Baginya, budaya Jepang tetap lebih kaya dan mengesankan.

Sebagai penggemar traveling, berbagai tempat telah dijelajahinya. Misalnya, negara-negara di Eropa, Afrika, plus beberapa negara Asia. “Kalau buat sekadar liburan, saya nggak mau di Jepang karena waktunya pasti bakal kurang,” terangnya. “Saya mau melanjutkan kuliah di Jepang,” tambahnya.

Meski demikian, dia belum tahu kapan bakal mewujudkan keinginan tersebut. Saat ini, dia masih memfokuskan pada pekerjaan dan melakukan kewajiban kontrak sebagai bintang iklan.

Sejak membintangi iklan di televisi, namanya memang kian terkenal. Sejumlah tawaran iklan lain atau berakting kerap menghampirinya. “Sebenarnya, saya lebih ingin menjadi desainer. Kalau nanti saya menerima salah satu tawaran, itu disebabkan saya ingin mencoba sesuatu yang baru,” urainya.

Baginya, seorang desainer adalah seorang value creator dan problem solver. Ketika suatu produk atau company bisa diingat oleh masyarakat, ia bisa besar di tengah masyarakat. Meski tidak menganggap dirinya sebagai seorang selebriti, wajah imut Aelke telanjur banyak dikenal.

Aelke mengungkapkan, pernah dalam perkawinan seorang temannya, banyak yang meminta untuk foto bareng dengannya. Dia pun melayani saat ada satu orang yang memintanya. Setelah itu, semakin banyak undangan pernikahan tersebut yang meminta berfoto bersamanya. “Hampir 60 persen tamu pesta minta foto bareng, padahal tidak kenal semua hanya karena mereka tahu saya model iklan,” ujarnya, lalu tergelak. (m dinarsa/dhimas/c6/ayi)

Suka Difoto dan Memfoto

BEKERJA sebagai desainer grafis membuat Aelke suka melihat gambar-gambar indah. Hal itulah yang akhirnya membuat Aelke menyukai dunia fotografi. Dia menuturkan, memahami gambar-gambar yang bagus akan meningkatkan kemampuan sebagai desainer grafis. “Dalam pekerjaan saya, 80 persen pesan harus disampaikan dalam bentuk gambar,” terangnya.

Aelke menambahkan, dirinya suka memotret landscape karena ingin mengabadikan pemandangan di tempat-tempat yang telah dikunjunginya. Selain itu, Aelke suka memotret orang. Tak heran, setiap traveling, dia selalu menenteng kamera. Pada waktu senggang, dia sering menghabiskannya dengan memotret orang.

Menurut Aelke, dirinya pernah kehilangan ratusan frame foto yang dijepretnya saat hard disk-nya rusak. “Kejadian itu membuat saya malas memotret lagi,” tuturnya.

“Tetapi, karena telanjur suka fotografi, akhirnya saya kembali lagi pegang kamera,” sambungnya.

Foto-fotonya tidak hanya disimpan di komputer. Sebagian yang dinilainya bagus diunggah ke dalam blog pribadi. Dia belajar fotografi selama dua semester saat masih kuliah di Universitas Trisakti, Jakarta, dan terus meningkatkan kemampuannya dengan hunting foto kapan pun saat senggang.

Sejumlah proyek fotografi seperti memotret pernikahan dan bayi pernah dilakukannya. Tidak hanya suka memotret, ternyata anak bungsu di antara tiga bersaudara tersebut juga suka dipotret. Itu terlihat saat pemotretan untuk For Her Jawa Pos. Dia terlihat sangat nyaman dan tak perlu terlalu banyak diarahkan dalam berpose.

Selain fotografi, membaca menjadi kegemaran lain Aelke. Dia mengatakan, ketika ada waktu luang, dirinya sering pergi ke perpustakaan atau toko buku untuk mencari buku bacaan.

Ketika tidak sibuk kerja, dia bisa berdiam diri untuk membaca selama berjam-jam. Tema bacaannya tidak hanya soal desain, tetapi apa saja yang bisa membuatnya mendapatkan inspirasi.

“Inspirasi itu nomor satu buat saya. Saya butuh melihat sesuatu yang hebat dan menginspirasi agar punya semangat lagi untuk melakukan hal yang ingin saya capai,” beber pemilik tinggi 168 cm itu.

Inspirasi menjadi suatu hal yang penting karena dia mendefinisikan dirinya sebagai pemimpi besar. Banyak hal yang diimpikannya. Impian terbesarnya adalah menjadi skillful desainer, menangani banyak proyek desain besar, dan menciptakan sesuatu yang bisa menginspirasi banyak orang.

“Untuk mewujudkannya, saya harus terus belajar. Saya ingin melakukan yang terbaik dalam apa pun yang saya kerjakan,” tegasnya. (nar/dim/c8/ayi)

Situs Facebook Diblokir Admin

DALAM skala angka satu sampai sepuluh, seberapa besar kecanduan Aelke pada internet? Dia menjawab bahwa kecanduannya berada dalam skala delapan. “Empat untuk browsing, dua untuk penyimpanan data, dan dua untuk networking,” kata penyuka masakan Jepang itu.

Aelke menyatakan tidak bisa melepaskan diri dari internet. Sebagai generasi yang hidup di zaman modern dan sarat dengan kemajuan teknologi, jawaban Aelke adalah hal yang wajar. Kondisi tersebut dialami banyak anak muda sebayanya.

Menurut Aelke, internet adalah sebuah kebutuhan. Sebagai seorang desainer grafis, banyak info baru dan beragam contoh desain yang bisa ditemukannya ketika browsing. Dengan gadget yang dimiliki, selalu bersentuhan dengan internet bukan pekerjaan yang susah.

Berbagai hal yang diinginkan tersedia di internet. Dia hanya perlu mengeklik untuk mendapatkan informasi apa pun yang dibutuhkan. Internet juga digunakan sebagai media untuk bersosialisasi melalui sejumlah situs media sosial, seperti Facebook dan Twitter.

Meski tergolong orang yang sibuk, Aelke selalu berusaha untuk bersikap ramah terhadap para follower-nya di Twitter. Dia selalu berusaha membalas mention yang dialamatkan kepada dirinya.

Karena menjadi sosok yang dikenal masyarakat, otomatis, banyak orang yang kemudian menjadi fansnya. Salah satu buktinya, jumlah follower akun Twitter miliknya mencapai ribuan. “Selama saya punya waktu dan mereka bertanya dengan sopan, saya usahakan membalas,” tuturnya.

Aelke merasa bukan siapa-siapa dan tidak punya sesuatu untuk disombongkan meski banyak yang menyanjung dirinya. Namanya yang makin tenar menghadirkan sejumlah gangguan di dunia maya.

Aelke menyatakan, banyak orang yang membuat akun dengan namanya di Facebook. Banyak yang melapor sehingga admin menutup semua akun dengan nama Aelke di Facebook. Termasuk akun asli miliknya. “Memang tidak ada yang bisa melarang membuat akun atas nama saya. Tidak apa-apa. Kadang, kebebasan di internet memang seperti itu,” katanya.

Sekarang Aelke membuat kembali akun Facebook. Dia berharap, tidak ada lagi orang yang mengaku – aku sebagai dirinya sehingga akunnya tidak lagi ditutup.

Selain memiliki akun di situs media sosial, Aelke rajin mem-post tulisan atau memampang foto-foto hasil karyanya di blog miliknya yang diberi nama Aelkelith.

Menurut Aelke, blog adalah salah satu cara untuk mengungkapkan keinginannya. Selain itu, dia bisa berkomunikasi dengan orang lain. Termasuk para penggemarnya yang tidak mungkin langsung bertemu. (nar/dim/c12/ayi)

Leave a Reply