Geliat India Membangun Infrastruktur Kota

Mobil Murah Laris, Infrastruktur Jalan Terus

India adalah pasar otomotif terbesar keenam dunia. Penjualan roda empat di Negeri Anak Benua Asia tersebut mencapai rata-rata 3 juta per tahun. Mobil murah berkontribusi paling besar dengan 70 persen total penjualan.

Suasana lalu lintas di New Delhi

Kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas di kota-kota India hampir terjadi setiap waktu. Kebiasaan pengemudi di Negeri Hindustan yang gemar membunyikan klakson yang memekakkan telinga, makin membuat jalanan di India tidak pernah sepi meskipun sudah dini hari.

Rambu lalu lintas, traffic light, dan polisi lalu lintas (polantas) yang berjaga tidak banyak berguna. Kebiasaan para sopir melanggar aturan dan mengabaikan polisi yang berjaga adalah suatu pemandangan biasa. Di India polantas berseragam putih. Selama Jawa Pos berkunjung di empat kota, yakni Bangalore, Chennai, Mumbai, dan New Delhi, hanya lalu lintas di ibu kota India yang agak teratur.

Di New Delhi, polantas juga sangat tegas dalam mengatur lalu lintas. Mereka yang melebihi batas maksimal di dalam kota -mobil umum 50 km per jam dan bus 40 km per jam- langsung ditilang. Dominasi mobil-mobil yang berseliweran adalah jenis city car. “Mobil dengan kapasitas 800 cc sangat mendominasi di India,” ujar Karteker Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Chennai India Martin P. Hutabarat.

Mobil dengan kapasitas 800 cc itu termasuk mobil murah dengan harga di bawah Rp 100 juta. Merujuk data Society of Indian Automobile Manufacturers (SIAM), penjualan moda transportasi darat tahun lalu adalah 3,23 juta. Sekitar 1,89 juta adalahpassenger cars. Dari jumlah itu, 60 persen dari total passenger car adalah mobil murah.

Ada beberapa faktor yang membuat India sukses memproduksi mobil murah. Menurut Martin, salah satunya kemudahan investasi di negeri itu. Chennai yang merupakan pusat otomotif memberikan insentif kepada investor asing untuk mendirikan pabrik. “Hyundai menyewa lahan pabrik yang luasnya ratusan hektare. Jika dirupiahkan, nilanya cuma Rp 20 jutaan, selama 99 tahun. Padahal, luasnya ratusan hektare,” katanya.

Upah buruh murah juga menjadi daya tarik di India. Di Chennai, rata-rata upah buruh antara 8.000 sampai 9.000 rupee per bulan atau senilai Rp 1,48 juta sampai Rp 1,665 juta (satu rupee sekitar Rp 185). Di New Delhi upah mencapai seribu rupee atau Rp 1,85 juta. Bandingkan dengan upah minimum di Jakarta dan Banten yang menjadi pusat industri otomotif tanah air yang mencapai Rp 2,2 juta per bulan.

Industri otomotif di sana juga didukung pasokan bahan baku yang cukup. Produksi baja India sampai semester pertama tahun ini mencapai 6,45 juta ton atau meningkat 0,9 persen dibanding tahun lalu. Pabrikan baja di sana banyak memasok industri otomotif. Bandingkan dengan kebutuhan baja untuk otomotif Indonesia yang masih harus dipenuhi dari impor.

Lini dukungan bahan baku itu membuat Tata Group sukses di industri moda transportasi darat. Tata Iron & Steel Co adalah produsen terbesar baja di India. Mereka bersinergi dengan Tata Motors untuk memproduksi mobil, mulai body sampai spare part.

Ini yang terlihat di salah satu pabrik Tata di Pune, Maharashtra, daerah di bagian barat India. Pabrik seluas 325 hektare itu langsung mengolah lempengan baja sesuai dengan kebutuhan perakitan mobil. Tata pun salah satu perintis produksi mobil murah di sana.

Tata Nano adalah mobil paling laris di India. Harga mobil dengan kapasitas 800 cc itu hanya 140 ribu rupee atau sekitar Rp 25,9 juta. Tidak hanya merek nasional yang meluncurkan mobil murah. Pabrikan asal Jepang dan negara lain juga memproduksinya. Misalnya, Maruti Suzuki Alto 800, Hyundai Eon, dan Chevrolet Beat. Harga rata-rata mobil itu adalah 300 ribu rupee atau sekitar Rp 55,5 juta.

“Pajak juga berpengaruh. Di sini total pajak mobil rata-rata 125 persen. Di Indonesia bisa 300 persen,” kata Economics and Socio Cultural Konjen Indonesia di Mumbai Sandy Alexander Katuuk.

Tingginya kemacetan di India ternyata tidak membuat pemerintah membatasi produksi otomotif. Mereka paham bahwa industri ini merupakan salah satu penunjang ekonomi di sana. Di India industri otomotif, termasuk suku cadang, memberikan kontribusi 7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) atau senilai USD 145 miliar. Penyerapan tenaga kerja mencapai 19,2 juta orang. “Ini yang membuat pembangunan infrastruktur jalan terus,” tambah Sandy. (dio/dim/c2/sof)

Mobil di India di dominasi oleh produk lokal.
Segmen Mewah Makin Tumbuh

DENGAN jumlah penduduk 1,2 miliar, India merupakan pasar raksasa. Negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi bersama Tiongkok dan Brasil dalam satu dekade terakhir itu menjadi potensi pasar yang cukup besar untuk produk-produk segmen high-end, termasuk mobil mewah.

“Orang kaya di India yang memiliki aset sampai USD 10 juta mencapai 400 juta orang,” kata Martin P. Hutabarat, karteker direktur Indonesia Trade Promo Center (ITPC) Chennai, India.Merujuk data lembaga riset LMC Automotive, penjualan mobil mewah di India tahun lalu mencapai 20 ribu unit. Tahun ini proyeksinya 26 ribu unit dan bakal terus tumbuh sampai 84 ribu unit pada 2020.

“Mobil memperlihatkan tingkat kesejahteraan si pengguna. Ini yang membuat penduduk India makin melirik mobil mewah,” kata Mohit Arora, executive director JD Power Asia Pacific, seperti dikutip media lokal Hindustan Times.JD Power Asia Pacific juga melakukan riset tentang perilaku calon pembeli mobil mewah dan umum. Pembeli mobil high-endlebih memilih kendaraan yang memiliki performa dan fitur keamanan tinggi. Sedangkan pembeli mobil umum melihat merek dan keandalan produk.

Selain itu, pembeli mobil mewah lebih melek internet. Mereka akan mencari informasi untuk melihat fitur dan spek mobil yang bakal dibeli.Sebanyak 34 persen calon pembeli mobil mewah bakal mencari info dulu di dunia maya, sedangkan pembeli produk umum yang mencari info lewat internet hanya 28 persen.

“Sekitar dua di antara tiga pembeli mobil mewah telah memiliki dua atau lebih kendaraan di rumahnya,” kata Mohit.BMW, pemain ketiga terbesar mobil mewah di India, meraih indeks tertinggi untuk kepuasan konsumen dengan nilai 881. Sedangkan kompetitornya, Mercedes-Benz dan Audi, masing-masing membukukan 872 dan 866 poin. “Rata-rata indeks kepuasan pembeli di India 876,” katanya. (dio/c11/sof)

Rupee Jatuh, Asing Tetap Percaya

TAHUN ini India dihantam perlambatan ekonomi. Pertumbuhan pada triwulan kedua hanya 4,4 persen, angka terendah sejak 2009. Mata uang rupee anjlok sampai 20 persen terhadap USD. Penurunan itu tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara emerging markets lain yang mata uangnya mengalami depresiasi.Melemahnya nilai rupee membuat India berada di tubir krisis, termasuk industri otomotif.

Hal itu terlihat dari jumlah penjualan mobil yang terus melorot dalam sembilan bulan beruntun, sejak November sampai Juli. Ini adalah kelesuan penjualan otomotif kali pertama sejak krisis keuangan gobal pada 2008.President Society of Indian Automobile Manufacturers (SIAM) S. Sadilya mengatakan, pabrikan telah mengambil kebijakan me­naikkan harga untuk meningkatkan margin. Tapi, lanjut dia, kondisi makro tidak mendukung kenaikan banderol. “Sebab, suku bunga terus terkerek. Begitu juga harga bahan bakar,” katanya seperti dikutip The Economic Times.

Meski demikian, investor asing tetap percaya pada pasar otomotif India. Pabrikan dari luar terus berekspansi untuk menambah kapasitasnya. Negeri Hindustan pun menjadi pusat produksi untuk produk-produk tertentu. “Produk kami akan digenjot untuk pasar di luar India Target kami, varian yang diproduksi di India bisa diekspor ke 50 negara,” ujar President The Asia-Pacific Region Ford David L. Schoch.

Ford membangun pabrik baru di Sanand, Gujarat. Rencananya, pabrik itu beroperasi tahun depan. Saat ini kapasitas pabrik Ford di India hanya 200 ribu mobil. Setelah pabrik baru beroperasi, kapasitasnya meningkat menjadi 440 ribu.

Pabrikan luar India yang tetap investasi adalah Fiat. Perusahaan itu telah menyiapkan dana USD 184,56 juta untuk mendirikan pabrik baru di salah satu kota di Provinsi Maharashtra. Selain itu, mereka berencana mengembangkan kapasitas pabrik traktor sampai 50 persen di tiga tahun ke depan.

Menteri Industri India Praful Patel menambahkan, saat ini merupakan masa ujian bagi industri otomotif. Namun, dia masih optimistis otomotif India terus berkembang. “Makin banyaknya investor asing di industri ini berarti banyak pihak yang percaya pasar India,” tuturnya. (dio/c7/sof)

Kawasan Gowalia Tank, Central Mumbai

 

 

Leave a Reply