Sebut Ada Sel Seharga Rp 30 Juta yang Didesain Mirip Rumah
Nama Syarifudin S. Pane sempat terkenal ketika memublikasikan video hasil bidikannya tentang praktik curang di dalam Rutan Salemba. Kepada Jawa Pos, dia mengaku masih punya rekaman lain tentang kecurangan di Rutan Salemba yang segera dipublikasikan.
DHIMAS GINANJAR, Jakarta
—
SUATU siang pada awal 2008, puluhan orang terlihat duduk-duduk santai di warung. Bentuknya khas seperti warung kopi. Antara pembeli dan penjual hanya dibatasi meja yang berisi makanan dan minuman. Jumlah warung tersebut cukup banyak, saling berdempetan dan tampak memenuhi satu gang kecil.
Suasananya sudah seperti pasar. Banyaknya orang membuat kawasan sekitar warung tampak kumuh. Ember, berbagai panci, mulai berukuran kecil sampai besar, hingga lemari kecil tertata tidak teratur. Untuk menghindari panas, warung-warung tersebut menggunakan terpal (atap plastik) biru yang dibiarkan menggantung.
Tampak orang yang sedang makan, minum, masih memesan makanan dengan handuk di leher, hingga membakar sate. Semua yang terekam dalam video tersebut tampak cuek dan terlihat santai. Setelah itu, ada gambar sebuah ruangan lengkap dengan kulkas, dispenser, serta kitchen set.
Ruangan yang cukup lebar itu juga mampu menampung sebuah lemari pakaian serta lemari gantung cokelat yang diletakkan di atas TV, lengkap dengan pendingin udara. Ada juga meja kecil merah yang terbuat dari plastik. Seorang penghuninya menonton TV dan seorang lagi sedang memasak.
”Itu kamar saya,” ujar Syarifudin kepada Jawa Pos kemarin.
Adegan orang-orang yang duduk santai di warung hingga tampak sebuah kamar dengan fasilitas kulkas, dispenser, dan kitchen set itu berlokasi di Rutan Salemba. Video tersebut merupakan dokumentasi milik Syarifudin S. Pane, mantan napi penghuni Rutan Salemba. Video itulah yang membuat Kementerian Hukum dan HAM kebakaran jenggot. Maklum, adegan demi adegan yang sudah di-upload di YouTube itu mengungkap borok di dalam Rutan Salemba, salah satu rutan yang dianggap memiliki penjagaan ketat di Jakarta.
Video tersebut dianggap menampar muka korps institusi pimpinan Amir Syamsuddin itu lantaran dengan vulgar menunjukkan praktik kotor di dalam penjara. Misalnya, mewahnya kamar tahanan berduit, adanya warung, hingga tempat khusus untuk bercinta. ”Apa yang orang sebut penjara tidak enak dan biar kapok jelas salah,” imbuh pria 44 tahun itu.
Tentu saja ungkapan tersebut hanya berlaku bagi napi yang berduit. Napi yang tidak punya fulus tetap mendekam di balik jeruji tanpa fasilitas tambahan apa pun. Perbedaan itulah yang menjadi salah satu alasan bagi Syarifudin untuk mengungkap enaknya kehidupan napi berduit di Rutan Salemba.
Ditemui di ruang kerja rumahnya di Jalan Pintu Masuk Taman Mini Indonesia Indah, Syarifudin menjelaskan motifnya mengungkap praktik kotor di Rutan Salemba tersebut.
Bagi dia, mendapat fasilitas lebih dengan cara membayar tentu bukan tindakan terpuji. Apalagi, fasilitas itu termasuk yang dilarang undang-undang. Ujung-ujungnya, pungutan tersebut masuk ke kantong oknum petugas rutan.
Syarifudin merasakan sendiri bagaimana pungutan liar tersebut berlaku di Rutan Salemba. Saat itu, dirinya menempati Blok K yang dikhususkan untuk napi koruptor dan berduit. Iming-iming sel khusus dengan berbagai fasilitas layaknya rumah dibanderol Rp 30 juta untuk dihuni hingga bebas.
Namun, karena kekerabatan yang dia miliki dengan pejabat saat itu dan hukumannya hanya sebentar, dirinya hanya membayar Rp 10 juta. Sekadar informasi, Syarifudin ditahan atas laporan Kedutaan Besar Amerika Serikat terkait dengan pemalsuan dokumen keimigrasian. Dia ditahan sejak 14 November 2007 sampai Januari 2008.
Syarifudin berada di Rutan Salemba sejak Januari 2008 sebagai tahanan titipan kejaksaan. Bapak empat putri itu keluar pada 7 Mei 2008 setelah mendapat cuti bersyarat (CB). ”Tapi, saya no comment dulu tentang kasus itu. Saya senang bisa dipenjara karena bisa mengungkap semua ini,” terangnya. Dia ingin adanya perbaikan moral.
Selain itu, Syarifudin berharap ada mekanisme hukuman yang lebih tegas terhadap oknum rutan yang berbuat curang.
Setelah video milik Syarifudin tersebut terekspos luas, Karutan Salemba Slamet Prihantara diganti Thurman Hutapea. Banyak pihak yang menyebut penggantian tersebut sangat terkait dengan video itu.
Menanggapi mutasi Karutan Salemba tersebut, Syarifudin menyatakan tidak puas. ”Penggantian itu bukan jawaban,” ujarnya. ”Yang jelas, sanksi yang tegas bagi oknum petugas tidak ada,” tegasnya.
Mengapa baru mengungkap video itu sekarang, padahal rekaman tersebut dibuat sekitar 2008? Ditanya seperti itu, pria kelahiran Jakarta, 5 September 1967, tersebut menjawab enteng. Dia menyebut KTT ASEAN yang sedang berlangsung di Bali sebagai jawabannya. ”Saya ungkap sekarang karena saya ingin seluruh pemimpin negara di ASEAN tahu bahwa ada kebobrokan sistem penjara di Indonesia,” ujarnya. Apakah itu hanya alasan yang dicari-cari? Syarifudin membantah.
Dia menambahkan, dirinya sengaja mengungkap videonya itu melalui media, bukan dilaporkan ke institusi berwenang, karena takut video tersebut ditenggelamkan. Dia yakin, pengadilan masyarakat lebih ampuh untuk membuat pemerintah bergerak cepat untuk melakukan perbaikan. ”Buktinya, Karutan-nya diganti,” tutur pengusaha ekspor-impor dan travel tersebut.
Selain itu, dia tidak bisa me-publish video tersebut tepat setelah keluar penjara karena terikat dengan wajib lapor. Kalau mengungkap semua saat itu, Syarifudin takut bakal dengan mudah dijebloskan lagi ke dalam penjara. Apalagi, dirinya merasa ”berutang budi” kepada pejabat rutan yang memberikan segala fasilitas.
Sekarang Syarifudin mengaku tidak mengendurkan niatnya untuk terus mengungkap kebobrokan Rutan Salemba. Rencananya, dia mengunggah video yang direkam melalui YouTube. Total durasi video tersebut mencapai 20 menit dengan berbagai sudut pandang. ”Tunggu saja, minggu ini pasti saya ungguh,” tegasnya.
Dalam video full version itu, dia memastikan bakal ada yang lebih menghebohkan. Apa itu? Dia memilih untuk bungkam. Yang pasti, dia mengaku masih memiliki beberapa amunisi lagi untuk mengungkap kebobrokan sistem pengawasan penjara. ”Kalau di pusat saja penjaranya seperti itu, di daerah pasti ada praktik yang sama,” ungkapnya.
Dengan diunggahnya video baru, bisa jadi makin banyak tekanan terhadap dirinya. Namun, Syarifudin menegaskan tidak mengkhawatirkan hal itu. Malahan, dia menyatakan sedang menunggu adanya tekanan-tekanan tersebut. Menurut dia, tekanan yang brutal bakal makin menguatkan dugaan adanya ”sesuatu” di Rutan Salemba.
Bagaimana dengan keluarga? Syarifudin tergelak. Dia mengungkapkan bahwa keluarganya tidak tahu apa-apa tentang rencana nekatnya tersebut. Bahkan, keluarganya baru ribut ketika wajahnya sudah bermunculan di TV dan media cetak. ”Kok kamu tiba-tiba ada di TV? Ngapain kamu?” katanya menirukan perkataan istrinya.
Bagi dia, tidak melibatkan keluarga adalah langkah tepat. Sebab, dirinya sangat yakin keluarga tidak akan merestui untuk mengungkap video yang telah dia rekam. Kekhawatiran lainnya, video menghebohkan itu bakal tidak pernah terungkap lantaran tekanan keluarga.
Yang pasti, pria humoris tersebut menyatakan tidak khawatir akan aksinya. Dia pun merasa tak perlu dikawal ke mana pun pergi. Dia juga sadar, bocornya video itu berakibat buruk terhadap berbagai orang. ”Termasuk, rezeki oknum-oknum yang akan terputus,” urainya. (c5/kum)