Review Gigabyte R7 240 OC

BANYAK varian dari kartu grafis seri R7. Saya berkesempatan untuk mencoba seri R7 240 yang bisa dikatakan sebagai entry level. Tentu saja, tidak banyak ekspektasi terhadap kartu grafis ini selama uji coba.

Sekedar informasi, kartu grafis ini bisa jadi memiliki kesamaan chip dengan Radeon HD 7730. Itu wajar karena chip yang digunakan untuk seri ini adalah Oland XT yang merupakan nama baru dari chip Cape Verde LE. Apa hubungannya dengan HD 7730? Chip Cape Verde LE digunakan kali pertama di kartu grafis tersebut.

Ini adalah spesifikasi R7240 yang saya copas dari website Gigabyte selaku pengembang:
[spoiler title=”Spesifikasi”]

Graphics Engine AMD Radeon™ R7 240
Memory Type DDR3
Memory Size(MB) 2048
Core Clock Speed(MHz) 780
Memory Bus 128 bit
Boost Clock(MHz) 900
Memory Clock Speed(MHz) 1800
Max Resolution 2560 x 1600 (Digital)
DirectX 11.2
OpenGL 4.2
Card Dimension(mm) H=35mm, L=195mm, W=130mm
Power 400W
Interface  PCI Express 3.0

[/spoiler]

 

Sedangkan untuk perangkat yang saya gunakan untuk menguji kartu grafis ini, masih sama seperti yang biasa hehehe.

[spoiler title=”Perangkat”]
Prosesor: AMD FX-3850
Motherboard: Gigabyte GA-990FXA-UD5
RAM: 2x4GB DDR3 PC10600
Hard Disk: Seagate Barracuda 250GB 7200 RPM 8MB Cache
Monitor: Dell U2312HM
[/spoiler]

 

Metode
Pengujian saya lakukan dengan menggunakan beberapa software. Yakni, pengukur benchmark seperti 3DMark, dan Furmark. Pengukuran menggunakan preset yang ada dan tidak saya ubah kecuali resolusi. Hanya dua resolusi yang saya uji sepanjang melakukan tes (termasuk game) adalah 1920×1080 dan 1280×720.

Sedangkan untuk game, saya menggunakan Fraps untuk mengukur besaran minimal, maksimal, dan rata-rata frame per second (fps) atau kemampuang membaca gambar per detik. Namun, ada juga yang menggunakan pengukur benchmark internal game seperti Tomb Raider.

Saat menguji coba, tidak ada aplikasi lain yang berjalan kecuali game dan Fraps. Untuk antivirus, yang saya gunakan adalah BitDefender dan mendukung mode game. Setiap game yang saya coba selalu diusahakan berada pada lokasi yang sama sehingga pengukurannya bisa mendekati sama.

Namun, kadang kondisi itu tidak bisa sama betul. Apalagi, untuk game yang tidak mempunyai pengukuran benchmark internal. Seperti Need for Speed: RIVALS misalnya. Meski berada di jalanan yang sama, bertambah komplek atau ringannya frame bisa terjadi karena bertambahnya mobil umum yang lewat.

Sedangkan untuk driver, saya menggunakan Catalyst yang terbaru (versi Beta). Begitu juga dengan software pengukur benchmark yang saya gunakan.

DISCLAIMER
PENGUJIAN aplikasi maupun games saya lakukan sendiri dengan spesifikasi komponen yang sudah saya tuliskan di atas. Hasil tentu saja sangat mungkin berbeda. Apalagi, kalau komponen yang digunakan berbeda. Untuk hasil terbaik, pastikan driver terbaru sudah terinstall.

3D Mark
KEMAMPUAN kartu grafis ini masih belum bisa mengalahkan gaming laptop. Setidaknya, kalau dibandingkan dengan nilai yang sudah ditentukan oleh Futuremark yakni 3364.  Malah, cukup jauh jika dibandingkan dengan hasil R7 240 ini yang hanya finish di angka 1260.

Spesifikasi gaming notebook sendiri adalah AMD A10-4600M dan pengolahan grafisnya didukung oleh AMD Radeon HD 7970M Ram 2GB. Meski demikian, angka yang dihasilkan masih lebih baik jika dibandingkan dengan duet Intel Core i7-3517U dan NVIDIA GeForce GT 620M. Lumayan kan hasilnya.

3D Mark11
MENGUKUR kemampuan kartu grafis ini dengan 3DMark 11 mendapati fakta bahwa Gigabyte R7 240 tidak kuat untuk penggunaan game kelas berat yang menggunakan DirectX11. Lihat saja hasil pengukuran pada extreme level yang begitu rendah. Sedangkan untuk performance level terlebih entry level, menghasilkan angka yang lebih baik.
[spoiler intro=”3DMark11″]

[/spoiler]

Furmark 
UNTUK memberikan ’’siksaan’’ terhadap kartu grafis ini, saya lakukan dengan beberapa cara. Pertama, meggunakan resolusi full screen 1920×1080 dan 1280×720. Kedua, mengaktifkan fitur antialias 8 samples dan 0. Ketiga, pengujian saya jalankan secara preset.

Hasilnya, kartu grafis ini memang tidak terlalu tangguh untuk diuji dengan resolusi 1920×1080. Baik dengan antialias 8 atau tidak. Nilai rata-rata adalah 7 fps tanpa antialias. Angka lebih baik kalau resolusi diturunkan menjadi 1280×720. Nah, apakah hasil itu berpengaruh pada saat memainkan game? simak uji coba di bawah ya.
[spoiler intro=”FURMARK”]

[/spoiler]

Nah, angka yang lebih baik muncul ketika resolusi diturunkan ke 1280×720. Kartu grafis ini bisa mengantarkan gambar hingga 24 fps. Angka ini, sebenarnya sudah cukup untuk menjalankan beberapa games. Apalagi, jika pengguna mau mengutak atik komposisi setingan games. Tentu saja, cek dibagian uji coba games setelah ini untuk mengetahui kepastiannya.

GAMES
Battlefield 4

LAPOR! misi tidak bisa berjalan dengan baik kalau dijalankan dengan resolusi 1920×1080. Itu disebabkan oleh rendahnya pengiriman gambar pada setting ini. Hanya 13 frame per second. Game menjadi berat dan tidak nyaman untuk dimainkan. Meski kadang bisa lancar karena nilai maksimalnya menyentuh 19 gambar per detik.

Kalau tetap ingin memainkan game ini dengan setting maksimal, opsi terbaik adalah menurunkan resolusi layar. Dari 1920×1080 menjadi 1280×720. Cara itu efektif karena mampu mendongkrak pengiriman gambar menjadi 27,222 per detik. Kenaikannya lebih dari 100 persen dari resolusi sebelumnya.

Meski demikian, tetap memaksa bermain di resolusi 1920×1080 boleh juga. Tinggal mengatur seeting gambar menjadi rendah. Bukan hanya menjadi high atau medium. Bisa jadi, baru mendapat kenyamanan kalau kualitas grafis game ini diturunkan ke paling rendah.
[spoiler intro=”BF4″]

[/spoiler]

Need for Speed: RIVALS

KARTU grafis entry level ini tidak cukup kuat untuk menjalankan game ini dengan seting tertinggi di resolusi 1920×1080. Buktinya, pengiriman gambar game kebut-kebutan ini hanya mendapat angka 16,273 per detik. Nilai tertingginya adalah 19 fps dengan angka terenda 11 fps.

Dengan angka tersebut, balapan tentu kurang nyaman. Mobil jadi terasa berat saat dipacu. Tapi, tentu bukan tanpa solusi. Menurunkan resolusi layar menjadi 1280×720 adalah salah satu yang ampuh. Meski setting tetap tertinggi, kartu grafis ini mampu mengantarkan gambar rata-rata 26,787 per detik.

Game menjadi lancar. Tidak ada keraguan lagi untuk menginjak gas dalam-dalam hehe. Menurunkan resolusi layar juga berimbas pada naiknya nilai minimal dan maksimal pengiriman gambar. Pada setting ini, gambar bisa diantarkan minimal 19 fps dan tertingginya mencapai 32 fps.
[spoiler intro=”NFS RIVALS”]

[/spoiler]

THIEF

GAME besutan Eidos dan Square Enix ini juga tidak bisa dijalankan dengan resolusi 1920×1080. Baik dalam setting grafis maksimal atau normal. Hasil pengukuran saya menunjukkan kalau setting maksimal menghasilkan pengiriman gambar sebesar 8,4 per detik dengan angka maksimalnya 29 per detik.

Ketika grafis diturunkan menjadi normal, hanya naik menjadi 13,8 per detik. Angka itu tidak cukup nyaman untuk menjalankan game ini. Sama seperti tiga game sebelumnya, 1280×720 adalah jalan untuk mendapatkan frame per second tinggi meski tetap pada setting grafis normal.

Untuk resolusi 1280 x 720 dengan setting grafis maksimal, masih mendapatkan nilai rendah yakni 15,3 gambar per detik. Game ini baru benar-benar enak dimainkan saat grafis diturunkan menjadi normal. Gambar yang berhasil dibaca dan dikirimkan meningkat menjadi 24,3 per detik dengan nilai maksimal 39,2 frame per detik.
[spoiler intro=”THIEF”]

[/spoiler]

Tomb Raider

INI juga termasuk game yang tidak bisa dipaksakan untuk bermain di resolusi tinggi 1920×1080. Apalagi, kalau fitur Trees FX yang membuat rambut Lara Croft kayak bendera tertiup angin diaktifkan. Benar-benar terasa berat. Maklum, pengukuran benchmark hanya menghasilkan 9,2 gambar per detik.

Menonaktifkan fitur Trees FX adalah salah satu cara untuk menaikkan angka pengiriman gambar. Tetapi, di resolusi 1920×1080 tidak cukup. Itu dikarenakan peningkatan hanya berkisar pada 3 atau 4 frame saja per detiknya. Beda saat menjalankan petualangan Lara Croft di resolusi 1280×720 tanpa Trees FX. Angkanya melonjak hingga 22,2 gambar per detik.
[spoiler intro=”Tomb Raider”]

[/spoiler]

KESIMPULAN
KEBANYAKAN game populer saat ini membutuhkan kinerja kartu grafis yang cukup tinggi. Sayangnya, itu tidak bisa dipenuhi seluruhnya oleh GPU milik Gigabyte ini. Empat game yang saya coba di atas tidak bisa dimainkan dengan resolusi tinggi, 1920×1080. Namun, kartu grafis sejutaan ini masih cukup kua memainkan game dengan seting normal atau tertinggi di resolusi 1280×720.

Menurut saya, kartu grafis ini cocok bagi komputer yang dijalankan untuk menyelesaikan pekerjaan kantoran, editing ringan untuk foto dan video, serta memainkan casual games.

Jika uang menjadi permasalahan dalam mencari kartu grafis, R7 240 ini tentu bisa menjadi pilihan. Murah, tapi masih bisa menjalankan game terbaru meski dengan setting lebih rendah. Tetapi, kalau ada dana lebih bisa mempertimbangkan kartu grafis diatasnya seperti R7 250 atau R7 260.

2 comments On Review Gigabyte R7 240 OC

Leave a Reply